{:en}Disaster Recovery for Banking Industries in a FinTech Era{:}{:id}Pemulihan Bencana Perusahaan Perbankan Dalam Era FinTech{:}

{:en}FinTech is the buzzword in Indonesia banking industry for the past one year. Financial Technology is an integral part of financial enterprises digital transformation to improve customer service. In addition, with higher demand for innovation, banking company will have stronger competitive value in the market. Therefore, the needs for disaster recovery in any banking company must be strengthened to support the development and operations.

Digital transformation enabling smaller banking company on par with large companies. FinTech startups companies have been started since mid 2016, it is an early sign of financial sector technology era in Indonesia..

Digital Transformation In a Banking Companies

At first, the digital transformation of the banking company will aim to produce a good application for internal purposes as well as applications for customer transactions. Then proceed to improve the usability of application by adding new features continuously. Thus, companies get more qualified applications from time to time..

digital transformation flows for fintech

In FinTech era, Competition in the banking company will be more focusing on the usefulness or quality of their transaction application. This requires a software development life cycle (SDLC) to be able to improve the quality. Improving Fintech application quality should have solid base, agility is tested and also has good usability.

Adding new features in this case is a continuous innovation (CI). This will involve feedback from users, both from customers and from operational employees. Thus, the banking services will run more smoothly, can be as easy as possible to use, secure, and faster.

However, on the operational and developer (Dev and Ops) side, these innovations require testing environment for live testing support. If not, it will increase downtime on a running system. This could encourage “thinking dilemma” for the company’s leaders. To carry out digital transformation, it takes strong leadership with full confidence in the digital transformation process and results. Downtime is a worst nightmare in Fintech industries. To overcome this challenge, company should include the best fail-over system in their digital transformation plans and strategies.

Disaster Recovery For FinTech

Almost all banking companies already have documented disaster recovery plan. They already have standard operating procedures for; data replication, backup execution, as well as for the active-to-active scenario. In addition, Indonesian law requires that a company that provides public services using electronic systems must have a disaster recovery site in Indonesia.

Adoption of digital technology shall generate additional business applications and systems, which simultaneously raises the need for safeguards. Up time is a key factor of continuity in banking operations and even more so in this FinTech era. Day to day banking mission critical operations should be always available even if there are problems in their systems.

There are 4 things to consider specifically in disaster recovery for FinTech

  1. Speed. The faster system can switch to secondary system, potential downtime and data loss will be decrease.
  2. Latency. Look for the best disaster recovery site locaction, companies can reduce data loss and data disintegrity.
  3. Performance. Using a dedicated disaster recovery services can improve a fail-over systems performance.
  4. Security. The backup system must not be mixed up with other parties interest in it. By using a dedicated disaster recovery services, it will make your backup system and data more secure..

By paying attention to those 4 things, companies no longer need to worry about downtime will often occur in your FinTech application during new features testing.

Our recommendation to all CIO and CTO in Banking Industries

Apart from being one of government and Bank Indonesia requirements, disaster recovery is the eligibility standards of information technology for financial institutions. The era of digital transformation in Financial Technology produces competition, while downtime is not an option.

Elitery is a company that focus on providing reliable, efficient and scalable IT infrastructure. With our international standard Data Center and certified experienced team that will ensure of all our clients business process continuity.

We will be more than happy to answer your question, feel free to contact us at (+62-21) 750-2976 or by filling following contact form. Thank you..{:}{:id}Era FinTech semakin mewarnai sistem informasi perusahaan perbankan di Indonesia pada awal Januari 2017. Financial Technology merupakan program transformasi digital perusahaan perbankan untuk meningkatkan layanan nasabah. Disamping itu, dengan inovasi yang semakin berkualitas, perusahaan akan mendapat nilai kompetitif di pasar. Oleh karena itu, pemulihan bencana di setiap perusahaan perbankan harus di perkuat untuk mendukung pengembangan dan operasional.

Dengan transformasi digital, memungkinkan perusahaan perbankan yang memiliki skala lebih kecil untuk sejajar dengan perusahaan besar. Perusahaan startups FinTech yang sudah mulai bertebaran sejak pertengahan tahun 2016 kemarin yang merupakan tanda awal era teknologi sektor keuangan.

Transformasi Digital Pada Perusahaan Perbankan

Pada awalnya, transformasi digital pada perusahaan perbankan akan bertujuan untuk menghasilkan sebuah aplikasi baik untuk staff internal maupun aplikasi transaksi untuk nasabah. Kemudian dilanjutkan untuk meningkatkan kebergunaan aplikasi tersebut dengan menambahkan fitur-fitur baru. Sehingga, perusahaan mendapatkan aplikasi yang semakin berkualitas dari waktu ke waktu.

Siklus Transformasi Digital di era FinTech

Persaingan perusahaan perbankan dalam era FinTech ini memang akan lebih mengedepankan kebergunaan atau kualitas aplikasi transaksi. Hal ini memerlukan sebuah siklus hidup pengembangan (SDLC) untuk dapat meningkatkan kualitas. Peningkatan kualitas aplikasi FinTech tersebut harus memiliki dasar dan teruji kelancarannya serta kebergunaanya.

Penambahan fitur-fitur baru tersebut merupakan inovasi secara terus menerus (CI). Inovasi tersebut akan melibatkan umpan balik dari pengguna, baik dari nasabah maupun dari karyawan operasional. Sehingga, layanan di suatu perbankan akan semakin lancar, dapat dilakukan dengan semudah mungkin, aman, dan semakin membutuhkan waktu yang singkat.

Namun pada sisi pengembang dan operasional (Dev dan Ops), inovasi tersebut memerlukan lingkungan pengujian yang mendukung untuk live testing. Jika tidak, potensi downtime pada sistem yang berjalan akan meningkat. Hal ini dapat mendorong “pemikiran dilematik” bagi para pimpinan perusahaan. Untuk melakukan transformasi digital, memang diperlukan kepemimpinan yang kuat dengan berkeyakinan penuh terhadap transformasi digital. Downtime merupakan mimpi buruk tertinggi pada industri FinTech dimana pun. Untuk itu, perusahaan harus menyertakan sistem fail-over terbaik pada rencana dan strategi transformasi digital.

Pemulihan Bencana Perusahaan Perbankan Untuk Kebutuhan FinTech

Hampir seluruh perusahaan perbankan telah memiliki rencana pemulihan bencana secara tertulis. Baik untuk replikasi data, eksekusi backup, maupun untuk skenario aktif-ke-aktif. Disamping itu, peraturan di Indonesia mewajibkan perusahaan yang menyelenggarakan transaksi elektronik untuk memiliki situs pemulihan cadangan di Indonesia.

Adopsi digitalisasi bisnis menghasilkan penambahan aplikasi dan sistem, yang secara bersamaan menimbulkan kebutuhan jaminan perlindungan. Uptime merupakan faktor kunci dalam kelangsungan operasional perbankan dan terlebih lagi pada era FinTech ini. Misi kritis operasional perbankan sehari-hari harus dapat terus berjalan walaupun terdapat masalah pada sistem.

Ada 4 Hal yang perlu diperhatikan secara khusus dalam pemulihan bencana untuk FinTech:

  1. Kecepatan. Semakin cepat sistem yang bermasalah dapat di alihkan ke sistem cadangan maka potensi downtime dan kehilangan data akan semakin berkurang.
  2. Latency. Dengan mempertimbangkan lokasi situs pemulihan, perusahaan dapat menekan tingkat kehilangan data dan disintegritas data.
  3. Kinerja. Menggunakan layanan pemulihan bencana terdedikasi dapat meningkatkan kinerja sistem fail-over.
  4. Keamanan. Sistem cadangan harus tidak boleh tercampur dengan kepentingan pihak lain di dalamnya. Dengan menggunakan layanan pemulihan bencana terdedikasi, maka keamanan cadangan sistem dan data anda lebih terjamin.

Dengan memperhatikan 4 hal tersebut, perusahaan tidak perlu lagi mengkhawatirkan downtime yang akan sering terjadi pada proses pengujian fitur baru aplikasi FinTech.

Untuk Para CIO dan CTO di Perusahaan Perbankan

Selain sebagai salah satu syarat peraturan dari Pemerintah dan Bank Indonesia, pemulihan bencana merupakan standar kelayakan teknologi informasi pada institusi keuangan. Era transformasi digital menghasilkan persaingan dalam Teknologi Keuangan atau FinTech, sedangkan downtime bukanlah suatu pilihan.

Elitery adalah salah satu perusahaan yang fokus dalam penyediaan infrastruktur IT yang reliable, efisien dan scalable. Dengan data center yang berstandar international dan team yang tersertifikasi serta berpengalaman akan memastikan kelangsungan proses bisnis pada seluruh perusahaan partner kami.

Kami akan senang menjawab pertanyaan anda, silahkan hubungi kami di (+62-21) 750-2976 atau melalui formulir kontak dibawah ini. Terimakasih..

[pirate_forms]{:}

Scroll to Top
×

Welcome to Elitery
Our support team is here to help you find the right solutions

×